Mengapa IDI (Ikatan Dokter Indonesia) Tidak Mencoba Membuktikan Kebenaran Kepada Publik Bahwa Apa Yang Disampaikan Oleh Jerinx (SID) Adalah Salah Besar, Namun Justru Melaporkan Dia Ke Pihak Berwajib Atas Tindakan Pencemaran Nama Baik Institusi?
Saya jarang sekali menjawab sesuai kredensial saya sebagai mahasiswa kedokteran, tetapi hari ini saya menjawab sedikit, jika ada salah mohon dikoreksi ya. Saya sangat terbuka untuk berdiskusi tapi tidak untuk adu jotos.
Karena keterbatasan ilmu yang saya miliki dan juga saya merasa tidak paham betul dengan pertanyaan yang diajukan. Saya jarang menjawab permintaan jawaban. Jadi mohon maaf ya jika banyak temen-temen yang sering sekali PJ-in saya tapi sekalipun nggak pernah saya jawab karena memang saya jarang sekali menjawab PJ. Saya menjawab pertanyaan sesuai apa yang ingin saja hehe.
Karena saya sedang masuk blok Kehamilan, Persalinan,dan Neonatus.
Tutorial pertama diberikan skenario tentang ibu hamil yang terinfeksi Covid-19 pula. Jadi mungkin akan sedikit relevan dengan hal yang saya bahas ini.
Mengapa IDI tidak memberikan bukti kepada masyarakat, malah melaporkan Pak Jerinx kepada polisi?
Karena apa yang harus dibuktikan?
Harusnya Pak Jerinx lah yang memberikan bukti, dasar-dasar apa yang dijadikan tuduhan-tuduhan tersebut terhadap IDI. Mengapa harus IDI yang membuktikannya? Pak Jerinx yang menuduh atau mengatakan bahwa hal itu tidak ada, kemudian juga ibu hamil bisa sampai meninggal ataupun tidak tertolong karena tidak mampu membayar rapid test atau PCR.
Beliau juga tidak setuju jika ibu hamil yang hendak bersalin itu harus tes PCR.
Pak Jerinx, yang melahirkan itu tidak hanya seorang saja, banyak pasien yang lainnya. Juga banyak tenaga kesehatan staf, pekerja rumah sakit, dan sebagainya. Wajar harusnya jika dilakukan tes. Lagian tes itu dilakukan tidak menyebabkan Ibu jadi stres atau depresi, tentu pasti ada pendampingan saat persalinan.
Terlebih saat akan persalinan, kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi. Bayangkan jika seorang ibu positif, kemudian dia melakukan persalinan yang dihadiri oleh banyak kerabat, dibantu oleh tenakes, tanpa tahu dia itu positif sehingga pada saat lahiran, ibu tersebut sudah menularkan pada banyak sekali orang bahkan menularkan pada bayinya.
Pak Jerinx juga merekomendasikan untuk para ibu yang ingin bersalin tidak usah ke Rumah sakit cukup ke bidan atau klinik terdekat saja, padahal Pak Jerinx belum tentu tahu bagaimana kondisi dari si ibu hamil itu sendiri. Apakah dia bisa bersalin pervaginan/normal atau harus adanya tindakan operasi?
Bagaimana jika panggul ibu sempit? kemudian posisi janin dengan presentasi wajah, kemudian mungkin ibunya ada riwayat anemia, hipertensi, dan juga penyakit bawaan lainnya, yang menyulitkan jika dilakukan persalinan pada bidan? Menurut saya dari statement itu sudah menjelaskan bagaimana kapasitas beliau dalam memahami hal-hal medis.
Beliau cukup punya keberanian yang luar biasa ya untuk merekomendasikan persalinan ke bidan tidak ke rumah sakit. Boleh ke bidan jika posisi ibu dan bayi ataupun janin yang dikandungnya itu memang bisa untuk persalinan normal gitu.
Karena lucu sekali misalnya kamu menuduh seseorang tapi kamu enggak punya bukti, kamu hanya menuduh dan terus membuat tuduhan, tetapi sekalipun tidak pernah berusaha untuk membuktikan tuduhan itu, bukankah itu jadinya fitnah keji ya?
Get notifications from this blog
Halo! Terima kasih sudah membaca.