Menghadapi Pujian
Saya selalu menganggap pujian itu sebagai wujud apresiasi atau cara orang menghargai kita yang sudah berusaha keras atau sebagai wujud kekaguman pada ciptaan Tuhan.
Kalau misalnya ada orang yang muji ya kita terima pujian itu, sambil berdoa juga.
Misalnya saya dipuji karena tulisan, walau terkadang merasa belum 'saatnya dipuji' tapi tetap mengaminkan diaaaminkann pujian itu, terus berterima kasih. Semoga beneran bisa sebagus pujian yang dilontarkan tersebut.
Jika dipuji ya kita terima pujian itu, jangan kita tolak.
Kalau dipuji ya nggak pernah merasa sombong atau kayak jumawa karena bagi
saya pujian itu adalah hal yang biasa, hinaan juga ya diterima karena itu hal
yang biasa. Sama-sama diterima, legowo gitu loh yo wes gitu kan.
Pujian itu kadang juga membuat kita merasa jumawa? Kalau pujian itu baru kita dapatkan, mungkin, tapi kalau udah sering dipuji malah hal itu adalah hal yang biasa.
Anggap saja pujian itu sebagai suatu hal yang biasa dan wajar kita terima ya, tapi bagi orang-orang yang tumbuh dalam ketakutan ataupun masa lalunya pernah dibully pernah dihina, pujian itu hal yang menakutkan, karena pujian itu dianggap bukanlah hal yang tulus ataupun beneran muji gitu. Inti dari semuanya adalah pola pikir kamu dan bagaimana kamu bereaksi.
Hidup saya sekarang enak banget sejak pola pikir yang banyak berubah alhamdulillah, ga pernah membebani diri lagi dengan respon orang lain. Entah kenapa pikiran saya saat ini benar-benar nyaman dan sangat senang dengan diri ini mau dipuji, mau dihina, mau dibicarain di belakang, ya wess itu tidak mempengaruhi kinerja saya gitu.
Jadi intinya, pola pikir. Dipuji nggak terbang, dihina ga tumbang. Kalimat sederhana, tapi kalau penerapannya butuh bertahun-tahun prosesnya.
Bagaimana denganmu? Xixi
Get notifications from this blog
Halo! Terima kasih sudah membaca.